Home

Selasa, 08 April 2014

Pengelolahan Reproduksi Sapi Potong Betina



Maksud pengelolaan reproduksi adalah memperhatikan dan menangani perkembangan alat reproduksi, baik saat mendekati dan selama dewasa kelamin, saat pengawinan, selama kebuntingan maupun setelah melahirkan



1. Penanganan Saat Mendekati dan Selama Dewasa kelamin



Menurut Toelihere (1985) Pemeliharaan sapi bibit sumber yang sudah terpilih secara morfologis (penampilan tubuh luarnya) dan silsilah keturunannya melalui kegiatan seleksi/penjaringan, adalah dimulai pemeriksaan :


Pemeriksaan Kesehatan terhadap kemungkinan terserang/mengidap penyakit yang dapat ditularkan melalui perkawinan seperti Brucellosis, Leptospirosis, Enzootic Bovine, Loucosis dan Infectious Bovine Rhinotroc hetris . Sapi pejantan harus bebas
Uji kualitas dan kuantitas produksi semen sapi pejantan dengan kriteria persyaratan : pH 6,2 – 7,0; warna minimal putih susu; konsistensi minimal sedang; gerakan massa + ; motil minimal 70 %; konsentrasi di atas 100 juta/ml dengan jumlah sperma yang hidup di atas 70 % dan yang mati di bawah 30 %.



Apabila telah memenuhi kedua persyaratan tersebut, maka target pemeliharaan sapi bibit sumber berikutnya adalah mempercepat terjadinya kebuntingan melalui teknik perkawinan sesuai model pemeliharaannya (kandang kelompok atau individu) dan , yaitu pemberian ransum yang mengandung protein dan energi tinggi (12 dan 65 %) untuk mempercepat terjadinya Pada bibit sumber indukan yang jumlahnya ratusan ekor dan dikehendaki adanya pengaturan waktu beranak (berhubungan dengan pengaturan penjualan ternak dan ketersediaan pakan), dapat dikombinasikan dengan tindakan sinkronisasi estrus (sapi-sapi induk dibuat mengalami estrus pada waktu yang bersamaan) agar sapi indukan bunting bersama-sama sesuai jadwal (Purwo,2009)

2.Dewasa Kelamin Dan Perkawinan Pertama



Sapi potong yang telah dewasa kelamin antara lain ditunjukan dengan tanda-tanda sapi ingin kawin. Dewasa kelamin pada sapi lokal (sapi Bali) terjadi pada umur antara 12 – 18 bulan (1 – 1,5 tahun).Oleh karena itu pada umur-umur tersebut sapi-sapi betina harus dipisahkan dari sapi jantan, untuk menghindari terjadinya perkawinan yang belum waktunya. Cara pemeliharaannya disesuaikan dengan tujuan masing-masing.



Dewasa kelamin adalah suatu keadaan dimama alat reproduksi sudah berfungsi, tetapi belum siap bunting dan melahirkan, biasanya pada sapi yang berumur 1 tahun. Sedangkan Dewasa tubuh adalah suatu keadaan dimana alat reproduksi siap dikawinkan, siap bunting dan siap melahirkan. Sapi betina mulai dikawinkan untuk pertama kali pada umur antara 24 – 30 bulan ( 2 – 2,5 tahun ) dengan rata-rata umur 27 bulan, sebab pada umur tersebut sapi sudah mencapai dewasa tubuh.( Partodiharjo,1992)



Diharapkan pada umur antara 3 – 3,5 tahun sapi betina dapat beranak untuk yang pertama kali. Sedangkan bagi sapi jantan baru bisa di gunakan sebagai pejantan (pemacek) pada umur 3 – 3,5 tahun.



Masa Berahi sapi betina berlangsung selama 6 – 36 jam atau rata-rata 18 jam.



Sapi-sapi dara pada umumnya mengalami masa birahi yang lebih pendek dari pada sapi dewasa.Masa birahi ini akan berulang (siklus birahi) setiap 21 hari atau bervariasi antara 17 – 26 hari



Adapun tanda tanda sapi berahi adalah sebagai berikut :


Nampak gelisah, sering mengeluarkan suara yang spesifik (melenguh)
Sering mengibaskan ekornya ; atau kalau ekor dipegang akan diangkat keatas.
Nafsu makan berkurang ; bila sapi digembalakan, sebentar-sebentar akan berhenti merumput.
Sering menaiki atau mau dinaiki oleh kawannya
Sering vulva nampak membengkak dan berwarna agak merah
Dari vagina keluar cairan berwarna putih agak pekat. Pada sapi dara cairan ini terkadang bercampur dengan sedikit darah



Kadang pada ternak sapi dialami bahwa meskipun sapi sedang birahi,akan tetapi sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda birahi yang tampak dari luar. Keadaan ini disebut dengan ”birahi tenang” ( silent heat ). Silent heat biasanya sering terjadi pada ternak kerbau.



Waktu Perkawinan yang paling tepat atau optimum dapat dicapai pada saat sapi betina mengalami ovulasi ( lepasnya sel telur dari indung telur / ovarium ) pada waktu sapi birahi. Ovulasi terjadi 10 – 12 jam sesudah birahi berakhir. Diketahui bahwa birahi rata-rata berlangsung selama 18 jam, maka waktu yang tepat untuk mengawinkan sapi adalah pada waktu puncaknya masa subur. Puncak masa subur terjadi pada 9 jam setelah tampak tanda-tanda birahi sampai dengan 6 jam sesudah birahi berakhir .



Secara praktis perkawinan sapi dapat dilakukan sebagai berikut : Bila berahi tampak pada pagi hari, maka sore hari sapi dikawinkan dan bila berahi nampak pada sore hari, maka pagi hari berikutnya sapi dikawinkan.



Apabila perkawinan terlambat, misalnya 12 jam sesudah birahi berakhir sapi baru dikawinkan, maka sel telur tak akan bisa dibuahi oleh sperma. Hal ini berhubungan erat dengan proses ovulasi dan masa hidupnya spermatozoa (sel jantan) di dalam alat reproduksi, yaitu 24 – 30 jam. Oleh karena itu sel jantan harus sudah siap 6 jam sebelum terjadi pembuahan. Demikian pula Sebaliknya juga apa bila perkawinan lambat, maka sel telur telah lepas dan mati sebelum sel jantang tersedia (Toelihere, 1985).



3. penanganan selama kebuntingan



Lama kebuntingan sapi rata-rata berlangsung selama 280 hari, dengan variasi antara 275 – 287 hari. Pada bulan-bulan pertama masa kebuntingan, sangat sulit untuk diketahui. Tanda yang paling mudah untuk mengetahui bahwa sapi mulai bunting adalah tidak timbulnya birahi kembali. Akan tetapi tidak timbulnya birahi kembali tidak berarti sapi selalu bunting, sebab ada hal-hal pathologis pada alat reproduksi sapi betina atau ovarium yang dapat meniadakan sama sekali tanda-tanda birahi.



Adapun tanda kebunti ngan adalah sebagau berikut


Sapi menjadi lebih tenang,
Tampak adanya pertambahan besar dinding perut,
Pada sapi dara yang baru pertama kali bunting, perkembangan ambing sangat mencolok pada kebuntingan umur 4 - 5 bulan,
Kecenderungan kenaikan berat badan
Pada sapi yang kurus, tampak adanya pergerakan foetus pada bagian perut sebelah kanan sisi bawah belakang.



Penangana kebuntingan pada sapi potong dapat dilakukan sebagai berikut :


Pemberian Ransum Protein dan Energi Tinggi



Apabila telah memasuki umur kebuntingan 7 – 8 bulan, sapi bibit ditempatkan di kandang beranak sistem individu sampai pedetnya berumur sekitar 2 bulan dan selama itu diberi ransum yang mengandung protein dan energi tinggi. Tujuan pemberian ransum ini, saat sebelum beranak (disebut ) adalah membentuk kondisi badan yang bagus (skor sekitar 6 – 7, Gambar 9) ketika beranak/awal laktasi, sedangkan saat lah beranak adalah memperkecil terjadinya penurunan berat induk karena menyusui pedetnya.


hindari perkawinan keluarga / in breeding



dalam memproduksi sapi bibit, harus dihindari terjadinya perkawinan keluarga (in breeding ), yaitu perkawinan antara induk dengan pejantan yang masih ada hubungan keturun an yang sama. Telah banyak terbukti bahwa perkawinan keluarga akan memperbesar peluang kemungkinan menghasilkan keturunan/anak dengan tampilan produksi yang rendah (meskipun induk dan pejantannya terbukti mempunyai tampilan produksi yang tinggi) atau bahkan cacat (mandul, kerdil, tidak sehat, dll).



Dalam usaha perbibitan sapi potong, usia produktif sapi (usia untuk menghasilkan anak) induk maupun pejantan harus selalu dibatasi dan diawasi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya anak yang telah dewasa mengawini/ dikawini oleh salah satu orang tuanya. Disamping dilakukan pembatasan usia produktif, juga harus diupayakan jumlah sapi (terutama yang induk) yang digunakan untuk menghasilkan sapi bibit adalah cukup banyak, sehingga memperbesar pilihan sapi pejantan untuk mengawini sapi induk yang ada.



Sapi induk yang ideal digunakan sebagai bibit sumber, dimulai pada umur sekitar 18 – 24 bulan yaitu ditandai dengan mulai bunting yang pertama, kemudian harus sudah dikeluarkan sebagai indukan pada umur sekitar 6 – 7 tahun atau sudah beranak 4 – 5 kali. Sapi pejantan ideal digunakan sebagai bibit sumber, di ulai pada umur sekitar 24 – 28 bulan yaitu ditandai dengan mulai intensifnya mengawini sapi-sapi betina, kemudian harus sudah dikeluarkan sebagai pejantan pada umur sekitar 5 – 6 tahun. Seekor sapi jantan yang telah intensif menjadi seekor pejantan dapat digunakan untuk mengawini 10 – 15 indukan pada sistem perkawinan alam dikandang kelompok, atau 15 – 20 indukan per bulan pada system perkawinan alam di kandang individu. Untuk produksi semen beku, seekor pejantan dapat ditampung semennya 1- 2 kali per minggu.



4.Proses Kelahiran



Kelahiran adalah proses fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan anak dan plasenta melalui saluran kelahiran. Proses kelahiran anak ditunjang oleh perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran didahului dengan beberapa tanda-tanda akan datangnya kelahiran. Tanda-tanda akan datangnya kelahiran pada semua spesies hewan pada umumnya sama antara lain adalah induk gelisah, ligamenta sacrospinosum relaksasi, edema pada vulva, lendir servik mencair, kolostrum telah menjadi cair dan dapat dikeluarkan dari puting susu (Hafez, 1987)



Pada sapi, terjadi relaksasi bagian servik terutama ligamentum sacrospinosum dan tuberosum, yang akan menyebabkan urat daging diatas pelvis mengendor, Jika diraba urat daging di kanan dan kiri pangkal ekor terasa kendor dan lunak.Relaksasi urat daging pangkal ekor sekali-sekali disertai dengan kenaikan pangkal ekor, vulva menjadi lebih bengkak, kelenjar ambing membengkak edematous, kolostrum sudah diproduksi yakni cairan dari kelenjar ambing yang kental berwarna kekuningan Terjadi perubahan pada lendir servik dan pembukaan servik, Pada kebuntingan tua, lendir servik bersifat serous. Pada 3 – 4 hari menjelang partus, lendir servik menjadi lebih banyak volumenya dan bersifat cair. Pembukaan servik dapat diikuti dengan memasukkan jari ke dalam lumen servik.



Pada semua spesies ternak dikenal dua macam letak fetus dalam kandungan yaitu letak muka (anterior) dan letak sungsang (posterior). Yang dimaksud letak muka adalah fetus dalam kandungan menghadap ke vulva induk, kedua kaki depan dan kepala masuk ke dalam ruang pelvis dengan bagian punggung fetus menghadap kearah punggung induk. Sedangkan letak sungsang adalah letak fetus dalam kandungan dimana kedua kaki belakang dan ekor masuk ke dalam ruang pelvis dan punggung fetus menghadap punggung induk.



Baik letak muka maupun letak sungsang akan dengan mudah dilahirkan melalui jalan kelahiran dengan bantuan perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Proses kelahiran yang mudah tanpa memerlukan pertolongan disebut Etokia, sedangkan proses kelahiran yang sulit dan memerlukan pertolongan disebut Distokia.



Tahap-tahap kelahiran



Proses kelahiran dapat dibagi menjadi dua tahap,yaitu tahap permulaan atau tahap persiapan dan tahap pengeluaran fetus dan plasenta (perejanan/labor)Tahap perejanan terbagi lagi menjadi 3 yaitu persiapan perejanan, perejanan kuat untuk mengeluarkan fetus dan perejanan untuk mengeluarkan plasenta. Pada kelahiran normal, tahap permulaan berlangsung lebih lama dari tahap perejanan. Tahap permulaan dapat berlangsung beberapa jam atau hari sedang tahap perejanan dapat berlangsung dalam hitungan menit.



5. Perkawinan kembali setelah beranak



Perkawinan kembali setelah sapi melahirkan penting diperhatikan, hal ini akan berpengaruh terhadap jarak beranak (calfing interval) yang pada akhirnya menentukan jumlah anak yang bisa dihasilkan selama induksapi dipelihara. Jarak beranak yang baik adalah 12 bulan .



Perkawinan kembali sesudah 60 hari ( 2 bulan) setelah beranak. Hal ini dengan pertimbangan bahwa :


Anak sapi yang disusui telah mampu mengkonsumsi makanan sebagaimana sapi dewasa, sehingga telah kuat untuk di sapih.
Jaringan alat reproduksi yang rusak akibat melahirkan telah pulih kembali Dengan managemen pemeliharaan dan pelaksanaan program reproduksi yang baik maka seekor sapi dapat digunakan sebagai induk selama 7 tahun atau dapat menghasilkan 6 -7 ekor anak.



Agar sapi bibit dapat menghasilkan pedet setiap tahunnya (12 – 14 bulan), maka harus dilakukan pengaturan reproduksinya sebagai berikut


Induk menyusui pedetnya tidak lebih dari 7 bulan sejak beranak
Maksimal 3 bulan setelah beranak, induk harus sudah dikawinkan lagi dengan target selama dua kali siklus estrus sudah bunting.
Satu sampai dua bulan sebelum beranak, induk diberi ransum berprotein dan energi cukup tinggi untuk mendukung tercapainya kondisi badan yang cukup bagus saat beranak dan selama beberapa bulan awal menyusui pedetnya.Kondisi badan sapi induk yang cukup bagus ini disamping akan sangat mempengaruhi cepat timbulnya kembali estrus setelah beranak , juga akan lebih menjamin produksi susunya sehingga pedet lebih terjamin kebutuhan nutrisinya untuk pertumbuhan badannya.



7.pemeliharaan induk setelah beranak



Setelah sapi induk beranak, pemeliharaan pedet diarahkan untuk mencegah terjadinya kematian karena kecelakaan (tidak segera menyusu ke induknya, terinjak sapi lain, terjepit, terjerat, dll) maupun karena kekurangan gizi terutama akibat induk kekurangan gizi sehingga produksi susunya tidak mencukupi kebutuhan pedetnya.



Pada sapi induk, pemeliharaan diarahkan ke kontrol kesehatan melalui kecukupan konsumsi nutrisi dan pencegahan/pengobatan penyakit yang intensif.



Ketika pedet telah berumur 6 – 7 minggu, sapi induk dapat dikawinkan kembali untuk mempercepat terjadinya kebuntingan sehingga memperpendek .



Apabila system pemeliharaannya secara kelompok, maka selama satu bulan induk beserta pedetnya yang masih menyusui ditempatkan di kandang kelompok yang ada pejantannya. Selama kebutuhan nutrisinya tercukupi, sapi induk yang sedang menyusui pedetnya tidak masalah apabila kembali bunting.



Pedet mulai dilatih untuk disapih pada umur 2 – 4 bulan (tergantung kondisi pertumbuhan pedetnya) dan sudah harus disapih total dari induknya setelah berumur 7 bulan. Begitu lepas sapih, pedet jantan dan betina yang seumur dipelihara dikandang secara kelompok sampai berumur sekitar 12 bulan. Setelah itu pemeliharaan tetap di kandang kelompok tetapi harus dipisah antara sapi jantan dengan betina untuk menghindari terjadi perkawinan (kebuntingan) antar sapi yang terlalu awal dan tidak dihendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar